A.
PENDAHULUAN
Informasi
dapat diibaratkan sebagai darah yang mengalir di dalam tubuh manusia, seperti
halnya informasi di dalam sebuah perusahaan yang sangat penting untuk mendukung
kelangsungan perkembangannya, sehingga terdapat alasan bahwa informasi sangat
dibutuhkan bagi sebuah perusahaan atau institusi[1]. Demikian juga pada
lembaga pendidikan sebagai sebuah lembaga non profit. Akibat bila kurang
mendapatkan informasi, dalam waktu tertentu lembaga pendidikan akan mengalami
ketidakmampuan mengontrol sumber daya, sehingga dalam mengambil
keputusan-keputusan strategis sangat terganggu, yang pada akhirnya akan
mengalami kekalahan dalam bersaing dengan lingkungan pesaingnya. Disamping itu,
sistem informasi yang dimiliki seringkali tidak dapat bekerja dengan baik.
Masalah utamanya adalah bahwa sistem informasi tersebut terlalu banyak
informasi yang tidak bermanfaat atau berarti (sistem terlalu banyak data).
Memahami konsep dasar informasi adalah sangat penting (vital) dalam mendesain
sebuah sistem informasi yang efektif (effective business system).
Menyiapkan langkah atau metode dalam menyediakan informasi yang berkualitas
adalah tujuan dalam mendesain sistem baru.
Sebuah
lembaga Pendidikan Juga membutuhkan Manajemen Pemasaran Jasa seperti halnya
perusahaan non profit Karena Lembaga Pendidikan adalah perusahaan non profit
yang bergerak di bidang Jasa.
Dinamika
yang terjadi pada sektor jasa terlihat dari perkembangan berbagai industri
seperti perbankan, asuransi, penerbangan, telekomunikasi, retail, konsultan dan
pengacara. Selain itu terlihat juga dari maraknya organisasi nirlaba seperti
LSM, lembaga pemerintah, rumah sakit, perguruan tinggi yang kini semakin
menyadari perlunya peningkatan orientasi kepada pelanggan atau konsumen.
Perusahaan manufaktur kini juga telah menyadari perlunya elemen jasa pada
produknya sebagai upaya peningkatan competitive advantage bisnisnya. Implikasi
penting dari fenomena ini adalah semakin tingginya tingkat persaingan, sehingga
diperlukan manajemen pemasaran jasa yang berbeda dibandingkan dengan pemasaran
tradisional (barang).
Lembaga Pendidikan juga akan
dihadapkan dengan globalisasi pendidikan. Globalisasi berarti suatu proses
keterbukaan yang seluas-luasnya, bebas dari keterbelengguan cultural, bebas
dari ketertutupan. Globalisasi dengan ciri pasar bebasnya tidak hanya menjual
barang produksi industri saja, melainkan juga sumberdaya manusia yang siap
kerja. Oleh karena itu kualitas menjadi acuan utama. Barang (produk pendidikan)
yang tidak berkualitas akan dicampakkan oleh konsumen, persaingan pasar semacam
ini menuntut barang dagangan yang berkualitas. Masyarakat sudah mulai
mempertanyakan dan memilih sekolah-sekolah berkualitas, karena mereka takut
putra-putrinya tidak mampu bahkan kalah bersaing di era globalisasi ini.[2]
Manajemen
Pemasaran Jasa adalah suatu metode baru untuk memajukan dan mengembangkan
potensi sebuah organisasi dengan memusatkan sasaran atau target, terutama pada
masyarakat yang benar-benar memutuhkan dan menginginkan organisasi kita, dan
tujuan dari pemasaran adalah membantu pengelola suatu organisasi untuk
memutuskan produk apa yang mesti ditawarkan terlebih dahulu.
Mula-mula pemasaran dikenal dan dikembangkan oleh perusahaan multi nasional
besardengan kekuatan ekonomi super. Tapi sekarang, setiap perusahaan dan bahkan
setiap orang telah menggunakannya, tidak ketinggalan pula organisasi-organisasi
non-profit seperti lembaga pendidikan yang berfungsi sebagai pencetak
biro jasa masa depan telah memanfaatkan segi keunggulan pemasaran untuk
meningkatkan kerjasama atau transaksi mereka dengan pembeli, langganan dan
publik. Suatu organisasi yang memutuskan tetap eksis dan suvive digelanggang
persaingan yang ketat ini, mau tidak mau, tidak akan sukses tanpa memiliki
strategi pemasaran yang baik. [3]
B.
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Manajemen Informasi
Ada Beberapa Devinisi tentang manajemen Informasi atau lebih
dikenal Sistem Informasi manejemen ( SIM ) antara lain :
- Data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya.
- Sesuatu yang nyata atau setengah nyata yang dapat mengurangi derajat ketidakpastian tentang suatu keadaan atau kejadian. Sebagai contoh, informasi yang menyatakan bahwa nilai rupiah akan naik, akan mengurangi ketidakpastian mengenai jadi tidaknya sebuah investasi akan dilakukan.
- Data organized to help choose some current or future action or nonaction to fullfill company goals (the choice is called business decision making)[4]
Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan Sistem
manajemen Informasi adalah sebuah sistem manusia/mesin yang terpadu
(intregeted) untuk menyajikan informasi guna mendukung fungsi operasi,
manajemen, dan pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi.
Suatu
informasi dikatakan bernilai bila manfaatnya lebih efektif dibandingkan dengan
biaya mendapatkannya dan sebagian besar informasi tidak dapat tepat ditaksir
keuntungannya dengan satuan nilai uang, tetapi dapat ditaksir nilai
efektivitasnya
Sistem informasi manajeman digambarkan sebagai sebuah
bangunan piramida dimana lapisan dasarnya terdiri dari informasi, penjelasan
transaksi, penjelasan status, dan sebagainya. Lapisan berikutnya terdiri dari
sumber-sumber informasi dalam mendukung operasi manajemen sehari-hari. Lapisan ketiga
terdiri dari sumber daya sistem informasi untuk membantu perencanaan taktis dan
pengambilan keputusan untuk pengendalian manajemen. Lapisan puncak terdiri dari
sumber daya informasi utnuk mendukung perencanaan dan perumusan kebijakan oleh
tingkat manajemen.
Sistem ini menggunakan perangkat keras (hardware) dan
perangkat lunak (software) komputer, prosedur pedoman, model manajemen dan
keputusan, dan sebuah “data base”. Pada dasarnya orang
dapat membahas sistem informasi manajemen tanpa komputer, tetapi adalah
kemampuan komputer yang membuat SIM terwujud. Persoalannya bukan dipakai atau
tidaknya komputer dalam sebuah sistem informasi manajemen, tetapi adalah sejauh
mana berbagai proses akan dikomputerkan. Gagasan suatu sistem
informasi/keputusan berdasarkan komputer berarti automatisasi total. Konsep
sistem manusia/mesin menyiratkan bahwa sebagian tugas sebaiknya dilaksanakan
oleh manusia, dan lainnya lebih baik dilakukan oleh mesin. Dalam sebagian
terbesar persoalan, manusia dan mesin membentuk sebuah sistem gabungan dengan
hasil yang diperoleh melalui serangkaian dialog dan interaksi antara komputer
dan seorang manusia pengolah.
Kenyataan
bahwa sebuah SIM adalah berdasarkan komputer berarti bahwa para perancang harus
memilih pengetahuan cukup mengenai komputer dan penggunaannya dalam pengolahan
informasi. Konsep manusia/mesin bahwa perancang sebuah sistem informasi
manajemen harus memahami kemampuan manusia sebagai pengolah informasi dan
perilaku manusia dalam mengambil keputusan.
2.. Kegunaan /
Fungsi Sistem Informasi Manajemen
Supaya
informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi dapat berguna bagi manajamen,
maka analis sistem harus mengetahui kebutuhan-kebutuhan informasi yang
dibutuhkannya, yaitu dengan mengetahui kegiatan-kegiatan untuk masing-masing
tingkat (level) manajemen dan tipe keputusan yang diambilnya. Berdasarkan pada
pengertian-pengertian di atas, maka terlihat bahwa tujuan dibentuknya Sistem
Informasi Manajemen atau SIM adalah supaya organisasi memiliki informasi yang
bermanfaat dalam pembuatan keputusan manajemen, baik yang meyangkut
keputusan-keputusan rutin maupun keputusan-keputusan yang strategis.
Sehingga
SIM adalah suatu sistem yang menyediakan kepada pengelola organisasi data
maupun informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas-tugas organisasi.
Beberapa
kegunaan/fungsi sistem informasi antara lain adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan aksesibilitas data yang tersaji secara tepat waktu
dan akurat bagi para pemakai, tanpa mengharuskan adanya prantara sistem
informasi.
b. Menjamin tersedianya kualitas dan keterampilan dalam
memanfaatkan sistem informasi secara kritis.
c. Mengembangkan proses perencanaan yang efektif.
d. Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan akan keterampilan pendukung
sistem informasi.
e. Menetapkan investasi yang akan diarahkan pada sistem informasi.
f. Mengantisipasi dan memahami konsekuensi-konsekuensi ekonomis
dari sistem informasi dan teknologi baru.
g. Memperbaiki produktivitas dalam aplikasi pengembangan dan
pemeliharaan sistem.
h. Organisasi menggunakan sistem informasi untuk mengolah
transaksi-transaksi, mengurangi biaya dan menghasilkan pendapatan sebagai salah
satu produk atau pelayanan mereka.
i.
Bank menggunakan sistem
informasi untuk mengolah cek-cek nasabah dan membuat berbagai laporan rekening
koran dan transaksi yang terjadi.
j.
Perusahaan menggunakan
sistem informasi untuk mempertahankan persediaan pada tingkat paling rendah
agar konsisten dengan jenis barang yang tersedia.
3.
Pengertian Strategi Manajemen Pemasaran Jasa Pendidikan
Strategi mempunyai dua definisi yang pertama yaitu rencana manajemen puncak
untuk mencapai hasil yang konsisten dengan misi organisasi. Dan yang kedua
yaitu merupakan pendekatan dasar untuk mendesain tidakan yang akan memcahkan
suatu masalah atau menyelesaikan suatu saran. Setiap strategi harus menjawab
suatu pertanyaan “bagaimana” yaitu, bagaimana kemajuan harus dilakukan untuk
mencapai suatu sasaran [5]
Strategi adalah sebuah rencana yang komprehensif mengintegrasikan segala
resources dan capabilities yang mempunyai tujuan jangka panjang untuk
memenangkan kompetisi [6].
Dalam membahas perkataan strategik sulit untuk dibantah bahwa penggunaannya
diawali dari dan popular di lingkungan militer[7]
. Namun pada akhirnya strategi bekembang untuk semua organisasi termasuk
keperluan ekonomi, social budaya dan agama. Strategi ini digunakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Jadi strategi pada hakekatnya adalah
suatu perencanaan (planning) dan mengatur (Management) untuk
mencapai tujuan tertentu dalam praktek operasionalnya [8]
Strategi dapat disoroti
sekurang-kurangnya dari dua perspektif yang berbeda, yaitu dari perspektif
mengenai apa yang hendak dilakukan oleh sebuah organisasi dan dari apa yang
sesungguhnya dilakukan oleh sebuah organisasi, baik tindakannya sejak semula
memang disengaja atau tidak.[9]
Pemasaran adalah suatu system keseluruhan dari kegiatan-kegiatan usaha yang
ditujukan untuk merencakan, menentukan harga, mempromosikan dan untuk
mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan baik kepada
pembeli yang ada maupun pembeli yang potensial [10].
Strategi pemasaran merupakan pernyataan (baik secara emplisit maupun eksplisit)
mengenai bagaimana suatu merek atau lini produk mencapai tujuannya (Bernett,
1988). Sementara itu, Kahle (1990) mendifinisikan strategi pemasaran sebagai
alat fundamental yang direncanakan untuk mencapai tujuan perusahaan dengan
mengembangkan keunggulan bersaing yang berkesinambungan melalui pasar yang
dimasuki dan program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran
tersebut. Pada dasarnya strategi pemasaran memberikan arah dalam kaitannya
dengan variable-variabel seperti segmentasi pasar, identifikasi pasar sasaran,
postioing, elemen pemasaran, dan biaya iuran pemasaran. Strategi pemasaran merupakan
bagian integral dari strategi bisnis yang memberikan arah pada fungsi manajemen
suatu organisasi.
Penggunaan strategi yang tepat akan berdampak pada kemajuan
institusi pendidikan itu sendiri baik bagi internal maupun eksternal.
Pendidikan yang bergerak dalam bidang jasa di tuntut memiliki kemampuan dalam
memasarkan jasa pendidikannya. Untuk itu pemahaman mengenai bermacam-macam
strategi dalam pemasaran jasa pendidikan sangat diperlukan bagi kemajuan
organisasi pendidikan.
Sementara
jasa pada dasarnya adalah sesuatu yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a) suatu yang tidak berwujud, tetapi dapat memenuhi kebutuhan
konsumen
b) Proses produksi jasa dapat menggunakan atau tidak menggunakan
bantuan suatu produk fisik
c) Jasa tidak mengakibatkan peralihan hak atau kepemilikan
d) Terdapat interaksi antara penyedia jasa dengan pengguna jasa.
Beberapa
karakter dari intangibility adalah:
a) Suatu jasa baru bisa dirasakan ketika jasa tersebut disampaikan
kepada konsumen.
b) Suatu jasa kadang terasa sulit dipahami konsumen.
c) Suatu jasa sulit kadang sulit untuk dijelaskan kepada konsumen
d) Penilaian akan kualitas sulit ditentukan oleh konsumen
e) Harga sulit untuk ditentukan
Karena tidak berwujud, konsumen biasanya melihat tanda-tanda
dan sesuatu yang bisa dilihat atau dirasakan untuk bisa menilai kualitas suatu
jasa. Mereka akan melihat kualitas dari para pegawainya, peralatan, tempat,
simbol, dan juga harga yang bisa mereka rasakan.
Tugas pemasaran adalah bagaimana hal-hal yang tidak terwujud
itu bisa ditunjukkan dalam berbagai bentuk dan wujud yang bisa menunjukkan
kualitas jasa. Para pemasar bisa melakukan beberapa hal:
a) Visualisasi, yaitu penggambaran bagaimana suatu jasa diberikan
kepada konsumen. Misalnya dengan penggambaran tentang kenyamanan dan kenikmatan
suatu hotel, kenikmatan melakukan penerbangan, dan lain-lain sehingga konsumen
bisa mendapatkan gambaran.
b) Asosiasi, yaitu mengaitkan jasa yang ditawarkan dengan profil
seseorang, objek, ataupun tempat.
c) Representasi Fisik, dengan memperlihatkan gedung, fasilitas, dan
berbagai hal yang mendukung jasa yang disampaikan.
d) Dokumentasi, sertakan berbagai penghargaan, catatan kepuasan
pelanggan, sehingga menumbuhkan kepercayaan pembeli.
Untuk menunjukkan bahwa lembaga pendidikan mempunyai kualitas
yang baik misalnya, pengelola bisa menunjukkannya melalui kualitas yang bisa
dilihat oleh konsumen, di antaranya:
a) Gedung dan berbagai
fasilitas di dalamnya. Apakah terlihat cukup nyaman, baik, dan memenuhi
persyaratan untuk belajar.
b) Penampilan dan kualitas dari pegawai dan dan tenaga pengajarnya.
Tenaga pengajar dengan pendidikan memadai dan pegawai yang profesional dalam
melayani calon murid/mahasiswa akan sangat membantu konsumen untuk menilai
kualitas lembaga pendidikan tersebut.
c) Materi iklan dan komunikasi pemasaran lain seperti brosur, leaflet,
pamflet, website, dan lain-lain.
d) Harga. Konsumen akan melihat kualitas yang ditawarkan
dibandingkan dengan harga yang harus ia bayarkan.
4.
Model-Model Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan
Dalam dunia bisnis, pendidikan termasuk dalam suatu organisasi atau perusahaan
yang bergerak di bidang jasa. Bisnis jasa sangat kompleks, karena banyak elemen
yang mempengaruhinya, seperti system internal organisasi, lingkungan fisik,
kontak personal, iklan, tagihan dan pembayaran, komentar dari mulut ke mulut
dan sebagainya. Oleh karena itu Gronroos menegaskan bahwa pemasaran jasa tidak
hanya membutuhkan pemasaran eksternal, tetapi juga pemasaran internal dan
pemasaran interaktif. Dan begitu dalam strategi pemasaran pendidikan
haruslan menerapkan tiga model pemasaran jasa yang diungkapkan oleh Gronroos
tersebut dengan tujuan agar terjadi keserasian dan bisa mencegah terjadinya
kesalah pahaman antar komponen fungsi menajemen dalam pendidikan tersebut.
Model-model tersebut yaitu:
- Pemasaran Eksternal
Pemasaran eksternal menggambarkan aktivitas normal yang dilakukan oleh
organisasi pendidikan dalam mempersiapkan produk, menetapkan harga, melakukan
distribusi informasi dan mempromosikan produk jasa yang bernilai superior
kepada para pelanggan dalah hal ini wali murid. Bila ini bisa dilakukan dengan
baik, maka para wali murid sebagai pelanggan akan terikat dengan organisasi,
sehingga keuntungan jangka panjang bisa terjamin.
- Pemasaran Internal
Pemasaran internal menggambarkan tugas yang diemban organisasi dalam rangka
melatih dan memotivasi para guru, karyawan dan para murid sebagai asset utama
organisasi agar dapat melayani para pelanggan dengan baik. Yang tak kalah
pentingnya adalah pemberian penghargaan atau reward dan pengakuan yang sepadan
dan manusiawi. Aspek ini membangkitkan motivasi, moral kerja, rasa bangga,
loyalitas, dan rasa memiliki setiap orang dalam organisasi, yang pada
gilirannya dapat memerikan kontribusi besar bagi organisasi dan bagi pelanggan
yang dilayani.
- Pemasaran Interaktif
Pemasaran interaktif menggambarkan interaksi antara pelanggan dalam hal ini
para wali murid dengan para karyawan (guru dan staff) dan juga dengan pemimpin
organisasi (kepala sekolah). Diharapkan stiap sumber daya manusiawi organisasi
yang loyal, bermotivasi tinggi, dan diberdayakan (empowered) dapat memberikan
Total Quality Service kepada setiap pelanggan dan calon pelanggan.[11]
Bila ini terealisasi, maka pelanggan yang puas akan menjalin hubungan
berkesinambungan dengan personil dan organisasi yang bersangkutan, dan bahkan
bisa menjadi sarana dan media pemasaran organisasi.
5.
Macam-macam Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan
Strategi pemasaran terdiri atas lima elemen yag saling
berkaitan (Corey, Dolan, 1991), kelima elemen tersebut adalah:
1. Pemilihan pasar, yaitu pasar yang
akan dilayani. Pemilihan pasar dimulai dengan melakukan segmentasi pasar dan
kemudian memilih pasar sasaran yang paling memungkinkan untuk dilayani oleh
perusahaan.
2. Perencanaan produk, meliputi produk
spesifik yang di jual, pembentukan lini produk, dan mendesain penawaran
individual pada masing-masing lini.
Produk
merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan,
diminta, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan
atau keinginan pasar bersangkutan. Produk yang ditawarkan tersebut meliputi
barang fisik, jasa, organisasi, dan ide. Jadi, produk bisa berupa manfaat tangible
maupun manfaat intangible yang dapat memuaskan pelanggan. Seperti dalam
gambar di bawah ini:
Pemenuhan
Kebutuhan
- Penetapan harga, yaitu menentukan harga yang dapat mencerminkan nilai kunatitatif dari produk kepada pelanggan.
Agar dapat
sukses dalam memasarkan suatu produk, organisasi pendidikan harus menetapkan
harga/biaya pendidikan secara tepat. Harga merupakan satu-satunya unsur
pemasaran yang memberikan pemasukan atau pendapatan bagi institusi pendidikan,
sedangkan ketiga unsur lainnya (produk, distribusi informasi, dan promosi)
menyebabkan timbulnya biaya (pengeluaran). Disamping itu merupakan unsur
pemasaran yang bersifat fleksibel, artinya dapat diubah dengan cepat. Berbeda
halnya dengan karakteristik produk atau komitmen terhadap system distribusi
informasi.
Harga
dalam dunia pendidikan bisa diungkapkan dengan berbagai istilah. Misalnya iuran
SPP, komisi, gaji, honorarium dan sebagainya. dalam pandangan konsumen, harga
seringkali digunakan sebagai indicator nilai bilamana harga tersebut
dihubungkan dengan manfaat yang dirasakan atas suatu produk.
- Sistem distribusi yaitu saluran perdagangan grosir atau eceran yang dilalui produk sehingga mencapai konsumen akhir yang membeli dan menggunakannya.
Strategi
distribusi informasi berkenaan dengan penentuan dan manajemen saluran
distribusi dipergunakan oleh organisasi atau produsen untuk memasarkan
produk-produknya sehingga produk-produk tersebut dapat sampai ditangan konsumen
yang menjadi sasaran dalam jumlah dan jenis yang dibutuhkan pada waktu yang
diperulukan, dan tempat yang tepat. Berikut beberapa strategi distribusi
yang bisa digunakan antara lain:
a. Strategi Saluran Distribusi Berganda
Saluran
distribusi yang berbeda mungkin dibutuhkan untuk mencapai segemen-segmen
pelanggan yang berbeda dalam pasar yang luas. Oleh karena itu beberapa
perusahaan menerapkan strategi saluran distribusi berganda (multiple channel
strategy) yaitu penggunaan lebih dari satu saluran yang berbeda untuk melayani
beberapa segemen pelanggan. Tujuannya dalah untuk memperoleh akses yang optimal
pada setiap segemen pelanggan. Dengan menerapkan strategi ini institusi
pendidikan dapat meningkatkan cakupan pasar, menurukan biaya saluran dan lebih
menyeragamkan penjualan.
b. Strategi Modifikasi Saluran Distribusi
Strategi modifikasi saluran distribusi (channel
modification strategy) adalah strategi mengubah susunan saluran distribusi yang
ada berdasarkan evaluasi dan peninjauan ulang. System distribusi memang perlu
secara terus-menerus ditinjau dan diatur kembali untuk menyesuaikan diri dengan
perkembangan keadaan di pasar.
c. Strategi Pengendalian Saluran
Distribusi
Yang dimaksud dengan strategi
pengendalian saluran distribusi (channel control strategy) adalah
menguasai semua anggota dalam saluran distribusi agar dapat mengendalikan
kegiatan mereka secara terpusat kearah pencapaian tujuan bersama. Adapun tujuan
dari strategi pengendalian saluran distribusi adalah:
a)
Untuk meningkatkan pengendalian
b)
Memperbaiki ketidak efisienan
c)
Mengetahui efektivitas biaya melalui kurva pengalaman
d)
Mencapai skala ekonomis.
d. Strategi Manajemen Konflik Dalam
Saluran Distribusi
Konsep
system pada distribusi mensyaratkan adanya kerjasama antar saluran meskipun
demikian di dalam saluran selalu timbul struktur kekuatan sehingga diantara
anggota saluran sering terjadi gontok-gontokan[12].
Konflik tersebut dapat bersifat horizontal dan vertikal. Konflik juga dapat
timbul antara saluran yang satu dengan saluran yang lain (dalam kasus
organisasi menggunakan lebih dari satu saluran distribusi) yang menjual produk
yang sama atau yang membawa informasi yang sama ke pasar sasaran yang sama.[13]
- Komunikasi pemasaran (promosi), yang meliputi periklanan, personal selling, promosi penjualan, direct marketing, dan public relation.[14]
Komunikasi adalah suatu proses dimana pesan disampaikan oleh
penyampai pesan kepada penenrima, pesan itu dapat berupa perasaan atau hasil
pemikiran sendiri, atau hanya penerusan dari perasaan atau hasil pemikiran
ortang lain dengan maksud untuk mengubah pengetahuan, ketrampilan dan atau
sikap fihak penerima pesan.[15]
Konsep-konsep inti pemasaran meluputi: kebutuhan, keinginan,
permintaan, produksi, utilitas, nilai dan kepuasan; pertukaran, transaksi dan
hubungan pasar, pemasaran dan pasar. Kita dapat membedakan antara kebutuhan,
keinginan dan permintaan. Kebutuhan adalah suatu keadaan dirasakannya ketiadaan
kepuasan dasar tertentu. Keinginan adalah kehendak yang kuat akan pemuas yang
spesifik terhadap kebutuhan-kebutuhan yang lebih mendalam. Sedangkan Permintaan
adalah keinginan akan produk yang spesifik yang didukung dengan kemampuan dan
kesediaan untuk membelinya.
C.
PENUTUP
Dalam pemasaran kita temukan ada yang berorientasi pada “profit
organitation” dan ada pemasaran yang beroreintasi pada “non profit
organitation”. Mengenai lembaga pendidikan adalah termasuk ke dalam non
profit organization. Sementara itu, jasa pendidikan merupakan jasa yang
bersifat kompleks karena bersifat padat karya dan padat modal. Artinya,
dibutuhkan banyak tenaga kerja yang memiliki skill khusus dalam bidang
pendidikan dan padat modal karena membutuhkan infrastruktur (peralatan) yang
lengkap.
Strategi pemasaran apa yang hendaknya diacu untuk dijadikan
pijakan oleh lembaga pendidikan, tentunya harus menyesuaikan dengan
perkembangan lingkungan. Sebab perkembangan lingkungan akan selalu menghasilkan
tantangan-tantangan baru dan kesempatan-kesempatan baru bagi lembaga
pendidikan. Potret atas tantangan lembaga pendidikan ke depan adalah adanya
persaingan yang tinggi sehingga sangat banyak penawaran jasa lembaga
pendidikan, meningkatnya tuntutan pelanggan atau siswa utamanya pada kualitas
dan biaya, kemajuan teknologi komunikasi, informasi dan komputer yang merubah
semua segi kehidupan, dan sebagainya. Pada akhirnya yang menjadi perhatian
lembaga pendidikan adalah bagaimana dengan berbagai tantangan dan keterbatasan
masih mampu bertahan hidup dan berkembang.
lembaga pendidikan adalah sebuah kegiatan yang melayani
konsumen, berupa murid, siswa, mahasiswa dan juga masyarakat umum yang dikenal
sebagai “stakeholder”. Lembaga pendidikan pada hakekatnya bertujuan
memberi layanan. Jadi strategi pemasaran jasa pendidikan berarti rencana yang
komprehesif pada kegiatan lembaga pendidikan dalam memberi layanan jasa
pendidikan yang memuaskan kepada pengguna dengan cara memperhatikan konsep,
model, produk, biaya pendidikan dan strategi distribusi informasi jasa lembaga
pendidikan.
[1] Suharsimi Arikunto, 1993, Organisasi
Dan Administrasi Pendidikan Tekhnologi dan Kejuruan, Jakarta, PT Raja
Grafindo Persada, hal. 207
[2] J. Drostt, SJ, 2005, Dari KBK
sampai MBS, Kompas, Jakarta, hal. 59
[4] Suharsimi Arikunto, OpCit,
hal. 214
[5] Tunggal, Amin Widjaja, Drs. Ak., MBA, 1996, Kamus
Manajemen Strategik, Rineka Cipta, Jakarta,. Hal. 75
[6] Sagala, H. Syaiful. 2007, Manajemen Strategik dalam
Peningkatan Mutu Pendidikan. Alfabeta, Bandung, , hal 137
[9] Syukur,
Fatah, 2006, Manajemen Pendidikan Berbasis pada Madrasah Semarang :
Al-Qalam Press, hal. 70
[11] Hadari Nawawi, 2005, Manajemen
Strategik Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan dengan Ilustrasi di Bidang
Pendidikan, Yogyakarta, UGM Press, hal. 123
[12] Sulistyorini,2009, Manajemen Pendidikan Islam, Konsep,.
Startegi dan aplikasi,Yogyakarta, Teras, hal. 210
[13] Wibowo, Dr, 2006, Manajemen
Perubahan, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, hal. 46
[15] Suharsimi Arikunto, Op.Cit, hal.
214